Mesjid Cipaganti Tempo Dulu
Mesjid Raya Cipaganti merupakan mesjid raya pertama yang dibangun di lokasi pemukiman di kawasan elite Een Westerns Enclave ( Koloni pemukiman orang Barat) pada tahun 1933, mesjid ini didesain oleh C. P. Wolff Schoemaker. Sebagian kalangan mengatakan Masjid Raya Cipaganti merupakan sumbangan peradaban Islam di Indonesia, khususnya Bandung, dengan gaya arsitektur Islami yang kental nuansa Jawa-Eropa. filosofi atap tajug diasosiasikan sebagai jamaah yang bertumpuk-tumpuk memadati masjid untuk beribadah kepada Allah. . Sampai saat ini, gaya arsitekturnya tidak banyak berubah.
Perspektif Mesjid Cipaganti Tempo dulu
Mesjid yang berada di Jl. Cipaganti no. 85 ini didirikan pada 11 syawal 1351 H bertepatan dengan 7 Februari 1933 H memiliki Empat tiang penopang yang dipadukan ukiran lafadz hamdallah dengan warna hijau tosca, perpaduan warna hijau dan biru laut, terlihat begitu indah pada tengah ruangan. Langgam arsitektur Jawa lainnya terdapat pada detail ornamen seperti bunga maupun sulur-suluran yang tersebar ditiap ukiran.
Dari segi konstruksi, terlihat jelas langgam arsitektur Eropa. Ini tampak dari penggunaan kuda-kuda segitiga pada interior atap tajugnya (horseshoe arches). Hal lain yang menarik dari bangunan ini adalah lampu gantung bergaya Eropa klasik, yang menggayut di tengah langit-langit ruang utama tempat shalat.
Ciri khas arsitektur Eropa yang mementingkan view, tampak kentara jika dilihat dari arah jalan Sastra di depannya, yang dipenuhi pepohonan rindang. View bangunan masjid yang terbingkai indah dengan rimbunnya pepohonan, menjadi pemandangan yang sungguh luar biasa.
Keunikan masjid ini tidak memiliki menara atau kubah selayaknya masjid apa umumnya. Meski demikian, gaungan suara masjid ini bisa terdengar sampai Cihampelas. Apa rahasianya? Ternyata Schoemaker sang arsitek mesjid ini, mendesain suatu ruangan “menara tesembunyi” yang terletak di langit-langitnya. Untuk mencapainya, harus melewati tangga terlebih dahulu.