Selasa, 19 Juli 2011

Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri - Depok

Masjid “Kubah Emas” Dian Al-Mahri (kubahmas.com)
Masjid Dian Al Mahri adalah masjid yang dibangun dalam komplek Islamic center Dian Al-Mahri di tepi jalan Raya Meruyung-Cinere di Kecamatan Limo, Depok. Masjid ini selain sebagai menjadi tempat ibadah shalat bagi umat muslim sehari-hari, kompleks masjid ini juga menjadi kawasan wisata keluarga dan menarik perhatian banyak orang karena kubah-kubahnya yang berlapis emas. Selain itu karena luasnya area yang ada dan bebas diakses untuk umum, sehingga tempat ini sering menjadi tujuan liburan keluarga atau hanya sekedar dijadikan tempat beristirahat.


Ornamen kubah (moccholate)
Masjid ini boleh jadi menjadi salah satu objek yang begitu banyak d rekam oleh kamera foto. Kubah masjid Masjid Dian Al-Mahri dilapisi emas murni 24 karat. Itu sebabnya masyarakat lebih familiar menyebutnya sebagai Masjid Kubah Emas. Di seluruh dunia ini, tak banyak masjid yang seperti ini. Hanya ada 8 buah, dan Masjid Dian Al-Mahri terbilang yang paling baru di antara 8 Masjid Kubah Emas.Masjid megah nan indah ini kini menjadi Ikon baru kota Depok.

Lokasi Masjid Dian Al-Mahri


Masjid ini, persisnya terletak di Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, di tepi jalan antara Cinere menuju Sawangan. Jalan ini sebetulnya bukan jalan utama. Aksesnya hanya cukup untuk dua mobil yang berpapasan, tidak dipersiapkan untuk arus lalu lintas yang padat. Tak heran, sejak masjid dibuka tahun 2006, serentak jalanan Cinere-sawangan kerap macet.

 


Lihat Peta Lebih Besar

 

Sejarah  Masjid Dian Al-Mahri


Masjid ini dibangun oleh Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid, pengusaha asal Banten yang lama tinggal di Saudi Arabia. Beliau telah membeli tanah untuk masjid ini sejak tahun 1996 seluas 50 hektar. Pada waktu itu harga tanah Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu per meter perseginya. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha yang kedua kalinya pada tahun itu.

Arsitektur Masjid Dian Al-Mahri


Interior masjid (alymerenung)
Dengan luas kawasan 50 hektar, bangunan masjid ini seluas 60 x 120 meter atau sekitar 8000 meter persegi. Secara keseluruhan mampu menampung jemaah untuk pelaksanaan sholat sebanyak 15.000 jamaah, dan 20.000 jamaah untuk pelaksanaan majlis taklim. Kawasan masjid ini sering disebut sebagai kawasan masjid termegah di Asia Tenggara.

Masjid ini di-arsiteki oleh Uke Setiawan. Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil. Seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara 4 kubah kecil memiliki diameter bawah 6 meter, tengah 7 meter, dan tinggi 8 meter. Selain itu di dalam masjid ini terdapat lampu gantung yang didatangkan dari Italia seberat 8 ton. Selain itu, relief hiasan di atas tempat imam juga terbuat dari emas 18 karat. Begitu juga pagar di lantai dua dan hiasan kaligrafi di langit-langit masjid. Sedangkan mahkota pilar masjid yang berjumlah 168 buah berlapis bahan prado atau sisa emas.

Gerbang masjid (panoramio)
Secara umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah, menara, halaman dalam (plaza), dan penggunaan detil hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornamen.

Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara berbentuk segi enam atau heksagonal, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.

Plaza Tengah masjid (panoramio)
Pada bagian interiornya, masjid ini menghadirkan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama warna krem, untuk memberi karakter ruang yang tenang dan hangat. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari Turki dan Italia. Porselen dan beberapa ornamennya khusus diimpor dari Italia. Langit-langit kubah juga dilapisi lukisan yang bisa menyesuaikan dengan kondisi fisik pada waktu sholat. Biru langit jika siang dan gelap berbintang jika malam hari.

Masjid megah ini dilengkapi dengan taman luas yang tertata rapi. Lengkap dengan koleksi berbagai tanaman bungan. Diekitar komplek masjid yang menjadi bagian dari Islamic Center ini, ditanami begitu banyak tanaman buah terutama pohon mangga dari berbagai jenis. Dengan rumput dan tanaman taman yang tertata dan terawat rapi.

Aktivitas Masjid Dian Al-Mahri

Lebih dekat ke ornamen bawah kubah (panoramio)
Masjid ini memiliki segudang aktivitas, termasuk majeis ta’lim. Dan khusus selama Ramdhan masjid Dian Almahri menyelenggarakan serangkaian kegiatan menyambut dan selama Ramadhan. Acara buka puasa bersama diselenggarakan setiap hari di masjid ini. Selama menunggu datangnya waktu berbuka puasa, diisi dengan tausiah dari ustadzh ustadzh kondang, setelah pembacaan kitab suci Alqur’an, Tahlil dan Tahmid.

Buka puasa diselenggarakan di gedung serbaguna dalam komplek masjid ini. Sholat tarawih di masjid ini pun di imami oleh para ustadzh yang sudah dikenal masyarakat. Ditambah lagi dengan acara Istighotsah, zikir bersama, tadarus, dan i’tikaf.

Dengan kemegahan dan kemewahan masjid ini ditambah dengan segudang aktivitasnya. Menjadikan masjid ini magnet baru sebagai tujuan wisata religi bagi kaum muslimin dari berbagai pelosok tanah air.

Tata tertib

Fasad Masjid 
Berikut tata tertib yang harus dipatuhi saat berkunjung ke masjid ini :
  • Sepatu dan sandal diletakkan di tempat yang telah ditentukan, tidak diperkenankan membawa sepatu dan sandal ke dalam majid.
  • Dilarang membawa makanan dan minuman ke areal masjid. Jamaah yang akan makan dan minum dipersilahkan mengambil tempat di Gedung Serba Guna Dian Al- Mahri (semacam aula).
  • Anak dibawah usia 7 tahun yang tidak melakukan kegiatan ibadah, tidak diperkenankan memasuki masjid dan disediakan tempat di gedung serba guna.
  • Dilarang membuang sampah sembarangan.
  • Setiap muslim, memasuki masjid harus dalam keadaan aurat tertutup.
  • Toilet kaum ibu tersedia disamping gedung serba guna.
  • Tidak diperkenankan mengambil foto di dalam masjid. Kilatan lampu kamera akan mengganggu kekhusukan jamaah yang sedang beribadah.
  • Dilarang menginjak rumput disekitar areal masjid.
  • Jam buka masjid setiap harinya : a. 04.00 – 06.00 WIB   b. 10.00 – 20.00 WIB.
  • Setiap hari kamis, terhitung mulai 29 November 2007, kawasan Komplek Islamic Centre Dian Al-Mahri tertutup untuk umum. Hal ini dikarenakan : dilaksanakan pekerjaan sipil dan infrastuktur di kawasan masjid dan sekitarnya serta pembersihan secara menyeluruh kawasan masjid untuk persiapan hari juma’at.
  •  
  • Foto Foto Masjid (dari panoramio)

    Foto dari (panoramio)
    Foto dari (panoramio)
    Foto dari (panoramio)
    Foto dari (panoramio)
    Foto dari (panoramio)
    Foto dari (panoramio)
     

Senin, 04 Juli 2011

Masjid Al Falah, Masjid Indonesia di Berlin, Jerman

Masjid Al-Falah berada di lantai-1 gedung ini. 

Masjid Al Falah di kota Berlin adalah satu-satunya masjid yang dibangun, dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat Indonesia di ibukota negaraJerman ini. Ia mungkin juga merupakan satu-satunya masjid yang murni dikelola oleh kaum muslimin Indonesia di negara Jerman, lengkap dengan berbagai kegiatannya.

Masjid Al Falah IWKZ e.V. selama ini masih mengontrak bangunan di jalan Feldzeugmeisterstrasse. Sebuah pub dan tempat pijat yang kemudian direnovasi para jamaah menjadi masjid yang cukup lapang. kemajuan Islam di Berlin dan Jerman secara keseluruhan dirasakan pula oleh umat muslim Indonesia. Dakwah semakin berkembang dan jamaah semakin bertambah. Dan kini muslim Indonesia di Berlin berencana untuk membangun masjid Indonesia di Berlin yang permanen.

Alamat dan Lokasi Masjid Al-Falah

Masjid Al-Falah IWKZe masih menempati lantai dasar gedung di sudut jalan Feldzeugmeisterstrasse.

Situs Resmi : http://www.iwkz.de
FB Acount : IWKZ Berlin

Sejarah

Sekitar tahun 1988, sekelompok muslimin Indonesia di Berlin (kala itu masih bernama Berlin Barat, bagian dari Jerman Barat) yang tergabung dalam PPME, memutuskan untuk menyewa sebuah rumah tinggal untuk dijadikan masjid sekaligus pusat kegiatan organisasi mereka.  Sebuah rencana yang sudah dirintis sejak tahun 1984. Masjid tersebut kemudian diberi nama Masjid Al-Falah. Masjid Indonesia ini menjadi salah satu dari sekitar 80 masjid yang ada di Berlin.

Masjid Al-Falah adalah satu-satunya masjid di Jerman yang dikelola oleh masyarakat muslim Indonesia dengan jamaah yang berasal dari berbagai negara seperti Jerman, Turki, Brunei, Malaysia, India, Cina, Pakistan, Indonesia, negara-negara Arab dan Afrika. Masjid Al Falah memegang peranan penting sebagai pusat dakwah, pelayanan, silaturahim, pendidikan, ibadah, serta berperan sebagai pusat informasi keislaman untuk masyarakat muslimin Indonesia yang saat ini tercatat berjumlah sekitar lebih dari 1200 orang di Berlin.

Di fasilitas street view google earth dapat dilihat dengan jelas pintu masuk ke
masjid Al-Falah ini dengan tulisan IWKZ, plus bendera Indonesia dan Jerman
di kiri dan kanan nya.
Masjid Al Falah awalnya menggunakan sebuah apartemen seluas 90 meter persegi di jalan Melangtongstrasse. Masjid Al Falah terus berkembangdan pada ahir tahun 2006 menjadi sebuah yayasan yang terdaftar resmi di Departemen Kehakiman Republik Federal Jerman.

Namanya Organisasi pun berubah menjadi Indonesisches Weisheits und Kulturzentrume.V.
(Pusat Kearifan dan Budaya Indonesia) atau disingkat dengan nama IWKZe.V.). Sejak 2007, Mesjid Al Falah pun menempati gedung baru di Feldzeugmeisterstrasse seluas 215 m2, di lokasinya yang sekarang ini. Bangunannya dulu klub malam yang bersebelahan dengan tempat pijat. 2 Bangunan ini disatukan dan direnovasi selama 3 bulan untuk menjadi masjid yang cukup luas.

Lebih dekat lagi
Dan sejak awal tahun 2007 itu pula, Masjid Al Falah tidak lagi dikelola oleh PPME melainkan dibawah IWKZe. V. Dengan dukungan dari segenap pengurus masjid, KBRI dan masyarakat Indonesia. Al-Falah senantiasa berusaha berintegrasi dengan kultur Jerman dan tetap menjaga akar Indonesia.

Aktivitas Masjid Al-Falah

Masjid Al Falah memiliki banyak kegiatan untuk jamaahnya, antara lain: pusat peribadahan, pusat kegiatan keagamaan masyarakat muslim di Berlin, pusat pendidikan Al Qur'an bagi anak-anak dan remaja melalui program Taman Pendidikan Al Qur'an, pusat pendidikan agama Islam melalui pengajian-pengajian rutin mingguan dan bulanan, kegiatan selama Ramadan, pusat perpustakaan dan literatur keislaman, kajian-kajian ilmiah, sarana silaturahim untuk saling kenal-mengenal sesama warga, sarana memperkenalkan budaya Indonesia kepada komunitas internasional baik melalui jalinan kerjasama maupun melalui ragam kegiatan sosial seperti bazar makanan tradisional Indonesia, fasilitas kegiatan olahraga, dan turut membantu saudara-saudara di Indonesia yang tertimpa bencana dengan menggalang dana bantuan.

Kegiatan masjid kami memfokuskan kepada pengenalan budaya dan kearifan masyarakat Islam Indonesia, yang merupakan salah satu bukti bahwa bangsa Indonesia mampu berkontribusi dalam bidang kebudayaan dan keagamaan di Jerman.

Masjid Al-Falah berada di gedung sebelah kiri foto
Dengan semangat membuka diri, Masjid Al Falah ingin memberikan kontribusi untuk masyarakat Berlin yang lebih luas. Masjid Al Falah aktif dalam paguyuban masjid di Berlin melalui Initiative Berliner Muslime (IBMUS) juga paguyuban lintas budaya dan agama di Buergerplatform Wedding-Moabit. Bahkan menjadi wakil umat Islam dalam Komisi Integrasi Depdagri Jerman. Seiring dengan perkembangan dakwah, jumlah jamaah pun kian ramai. Alhamdulillah, sampai menjelang akhir Ramadhan, Masjid Al Falah tetap penuh saat acara Ifthar bersama dan dilanjutkan dengan Tarawih.

Al Falah juga berhubungan baik dengan warga Jerman di sekitar masjid. Ada Open Day setiap tahun, dimana warga Berlin ramai-ramai mengunjungi masjid. Umat Muslim di Berlin, walaupun ada berbagai bangsa tapi selalu kompak mulai dari mendukung Palestina dan mengecam teror bom di Indonesia. Bahkan mereka bisa menyepakati Ramadan dan Idul Fitri bersama, suatu hal yang kadang sulit dilakukan di tanah air.

Interior Masjid Al-Falah
Menjadi muslim Indonesia di Jerman memiliki berkah tersendiri. Kita dilihat sebagai wajah muslim yang penuh toleransi. Pemerintah Jerman ingin belajar mengenai kerukunan beragama dan Indonesia sering dijadikan rujukan. Fakta yang cukup membanggakan. Al Falah bersama IBMUS kini sedang memperjuangkan ke Dewan Kota Berlin untuk menjadikan Idul Fitri dan Idul Adha menjadi hari libur lokal di Berlin.

Impian memiliki bangunan masjid sendiri

Dengan luas sekitar 200 m2, mampu menampung sekitar 180 jamaah sholat. Namun seiring meningkatnya jumlah kaum muslim Indonesia di Berlin, masjid ini diperkirakan tidak akan mampu lagi menampung jumlah jamaah yang semakin banyak dalam beberapa tahun ke depan. Status bangunannya sebagai gedung sewa juga cukup beresiko, karena pemutusan kontrak sewa akan mengharuskan dipindahnya masjid, sebuah proses yang tidak sederhana dan berakibat pada terganggunya ibadah dan kegiatan keislaman kaum muslim Indonesia di Berlin. Hal ini pernah terjadi pada tahun 2005, kontrak sewa masjid diputus sehingga masjid tidak memiliki tempat ibadah selama lebih dari satu tahun.

contoh poster kegiatan masjid Al-Falah
Menginat akan hal hal tersbut dia tas para jamaah muslim Indonesia di Jerman memimpikan untuk memiliki gedung masjid sendiri dan bukan menyewa. Tidak lain untuk kepastian dan ketenangan beribadah selain tentunya menyesuaikan kapasitas masjid dan jumlah jamaah. Maka, pada Sabtu 12 September 2009 usai Tarawih, Ketua Masjid Al Falah IWKZ e.V. Bapak Makky Sandra Jaya secara simbolis bersama para jamaah membacakan piagam kebulatan tekad untuk membangun Masjid Indonesia yang dimiliki sendiri.

Insya Allah masjid yang akan tersebut akan menjadi masjid Indonesia pertama yang secara penuh dimiliki dan dibangun oleh anak bangsa di Jerman. Masjid Al-Falah dan segenap jamaah mengundang seluruh umat muslim Indonesia di luar negeri dan di tanah air untuk ikut bahu membahu berpartisipasi dalam ikhtiar bersama membangun Rumah Allah tersebut.

Umat Islam yang berniat membantu bisa berkontribusi melalui rekening yang dicantumkan dalam situs
www.iwkz.de. Selain itu, informasi juga disebarluaskan lewat berbagai milis dan situs jejaring sosial. Masjid Al Falah juga menggandeng sejumlah yayasan di tanah air untuk menerima dan menghimpun dana dari Indonesia. Semoga Allah memudahkan segala ikhtiar tersebut.

Referensi

Masjid Istiklal Indonesia di Bosnia & Herzegovina

Masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo, Bosnia (foto dari Flickr)
Bosnia & Herzegovina, negeri muslim Eropa di bekas negara federasi Yugoslavia yang berhaluan komunis. Sebelum tahun 1995 namanya nyaris tak terdengar di telinga kaum muslimin sedunia termasuk di Indonesia. Perang dan pembantaian etnis Muslim oleh Serbia di tahun 1995, mengangkat nama Bosnia Herzegovina ke dunia internasional dan menyadarkan muslim sedunia akan kehadiran saudara sesama muslim di semenanjung Balkan itu yang sudah sekian lama hidup dibawah tekanan.


Paska perang, negeri ini mulai berbenah dan menata diri. Indonesia menorehkan sejarah tersendiri di negeri nya Alija Izetbegovik ini. Di kota Sarajevo, ibukota Bosnia & Herzegovina kini berdiri megah Masjid Istiklal yang dibangun atas biaya dari para dermawan muslim Indonesia, rakyat, pejabat dan pemerintah Indonesia. Menjadi lambang persahabatan dua negara.


foto dari rijaset.ba
Nama Masjid

Masjid ini bernama Masjid Istiklal, atau biasa disebut dalam bahasa setempat sebagai Istiklal Dzamija, kadangkala disebut juga sebagai masjid Indonesia, bahkan juga disebut dengan nama Masjid Soeharto. Nama manapun yang disebut kesemuanya merujuk kepada masjid yang sama.

Lokasi Masjid

Masjid Istiklal ini terletak di Sarajevo, ibukota Bosnia & Herzegovina. di lingkungan perumahan di daerah Otoka, dekat Federal TV building dan tidak jauh dari halte trem kota Sarajevo. Sama dengan nama masjid Istiqlal di ibukota RI, Jakarta. Hanya hurup Q nya saja yang diganti dengan hurup K. Makna nya pun sama sama Merdeka. Masjid Istiqlal di Jakarta dibangun ketika Indonesia belum lama merdeka. Masjid Istiklal di Sarajevo ini pun dibangun tak lama setelah Bosnia & Herzegovina merdeka dari tragedi kemanusiaan paling brutal di abad moderen.


View Masjid Istiklal Sarajevo in a larger map
Masjid Istiklal ini terletak cukup jauh dari pusat kota dibangun di wilayah Sub Urban dimana terdapat pusat perbelanjaan modern dan tradisional yang berdampingan di kota tua. Dari beberapa sudut panorama masjid ini terlihat berlatar belakang gedung gedung di wilayah tersebut. Meskipun demikian, tidak sulit untuk menemukan Masjid ini, karena dapat dilihat dari jalur trem yang cuma satu dan dan berputar dari kota tua (Bascarija) ke ujung lain kota Sarajevo (Illidza) dan kembali ke kota tua. Di pusat perbelanjaan kota tua ini, terdapat beberapa masjid kuno yang masih berdiri tegak dan masih aktif digunakan untuk kegiatan keagamaan. Selain itu, terdapat juga madrasah yang didirikan pada abad ke 16 dan masih digunakan hingga sekarang.

tampak depan (foto dari Panoramio)
Sejarah Pembangunan Masjid

Masjid Istiklal yang sesuai dengan prasastinya diresmikan oleh Presiden Megawati pada tahun 2001, melengkapi masjid-masjid yang sudah ada. 


Di dalam situs Islam Bonia di http://www.dzamije.info disebutkan dengan jelas bahwa masjid Istiklal adalah hadiah dari pemerintah dan Bangsa Indonesia untuk muslim Bosnia.

Masjid ini dibangun cukup lama. Niat pembangunannya sudah dimulai oleh Presiden Soeharto pada kunjungan ke Sarajevo tahun 1995 dan baru diresmikan pada tahun 2001 oleh Presiden RI ke-5 Ibu Megawati Soekarno Putri. Jadi masjid ini dibangun di masa pemerintahan empat Presiden RI, yaitu Pak Soeharto, Pak Habibie, Gus Dur, dan Ibu Megawati, jika di hitung masa pembangunannya sejak tahap perencanaan.

Perjalanan Pak Harto ke Sarajevo, ibukota Bosnia Herzegovina, 13 Maret 1995, memang penuh risiko. Apalagi dua hari sebelumnya tanggal 11 Maret 1995 sebuah pesawat PBB ditembak jatuh di atas udara Bosnia. Panglima pasukan PBB di Bosnia kala itu bahkan lepas tangan dan tidak berani bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi kepada Presiden Soeharto dan rombongan apabila tetap memaksakan diri untuk berkunjung ke Bosnia.

Suasana Peresmian Masjid Istiklal di Sarajevo
 (liputan6.com)
Perjalanan Pak Harto ke Sarajevo itu setelah menghadiri KTT untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark, dan kunjungan balasan ke Kroasia. Serta dalam kapasitas beliau sebagai ketua gerakan Non Blok untuk bertemu dengan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic.

Keseluruhan rombongan sebanyak 15 orang termasuk Presiden Soeharto diminta untuk menandatangani kontrak mati sebelum penerbangan ke Sarajevo, oleh pasukan PBB. Kunjungan yang kemudian tercatat dalam sejarah sebagai sebuah kunjungan yang begitu berani ke kancah perang yang sedang berkecamuk dan begitu brutal di kawasan Balkan dan hanya pernah dilakukan oleh presiden Republik Indonesia. Pertemuan 2 jam dengan presiden Bosnia berjalan lancar dan Pak Harto beserta rombongan kembali dengan selamat ke tanah air setelah kunjungan menegangkan yang bersejah itu.

Arsitektur Masjid

Suasana khas Indonesia sangat kental di bagian dalam masjid
ukiran ikiran kayu khas Indonesia menghias mihrab, mimbar dan
kusen kusen masjid (foto dari dzamije.info)

Masjid Istiklal Indonesia dirancang oleh arsitektur Indonesia Fauzan Noe’man arsitek kenamaan yang juga merancang masjid masjid besar di tanah di tanah air termasuk masjid Raya Batam  dan masjid Baiturrahim di komplek Istana Merdeka, Jakarta. Arsitektur masjid ini termasuk unik untuk masjid di Eropa, terutama karena interiornya yang berhias ukiran kayu yang merupakan sumbangan para pejabat dan dermawan Indonesia pada waktu itu. Demikian juga dengan aksesori lain seperti lampu robyong, juga sumbangan dari dermawan Indonesia.

Dibangun selama dua tahun dengan dana US$ 2,7 juta di atas tanah seluas hampir 2.800 meter persegi. Berukuran 28 x 30 meter. Dilengkapi kubah berdiameter 27m setinggi 27 m. kubah masjid dilengkapi dengan tiga susun celah untuk sebagai ruang masuk cahaya alami ke dalam masjid. Dua menara kembar nya setinggi 48 meter. Dua menara itu digambarkan sebagai simbol persahabatan kedua negara, Indonesia dan Bosnia & Herzegovina.

Nuansa Khas Indonesia di pintu utama masjid (dzamije.info)
Mimbar untuk khatib berupa tangga seperti yang biasa ditemui di masjid-masjid di timur tengah dan masjid-masjid lain di Sarajevo, yang membedakannya adalah ukuran kayu jati di mimbar tersebut di hias dengan ukiran khas Indonesia. Masjid ini memang dibangun berdasarkan perpaduan gaya dua negara, selain dihiasi kaligrafi Arab dari kayu jati, interior masjid juga dilengkapi lampu gantung hias dari Indonesia. Pintu masuk masjid juga dibuat dari kayu jati bertuliskan huruf Arab. Kubah yang menjadi ciri khas masjid di Bosnia juga terlihat pada Masjid Istiqlal. Namun, bedanya kubah pada masjid ini dipenuhi oleh 3 susun jendela sehingga sinar matahari bisa masuk ke ruangan masjid.

Masjid Istiqlal terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar digunakan untuk kantor, tempat wudhu, auditorium yang biasa diapakai untuk acara pernikahan dan lain nya, perpustakaan, pusat arsitektur Islam dan ruang kelas. Lantai dua beralaskan karpet diperuntukkan sebagai ruang sholat khsusu pria dan lantai tiga digunakan khusus untuk ruang salat wanita.

Aktivitas Masjid & Pengelolaan Masjid

Sulit membayangkan masjid Istiqlal Jakarta ditengah
salju yang memutih, tapi hal itu sudah bisa di masjid 
Istiklal Indonesia di Sarajevo ini (foto dari Panoramio)
Masjid Istiklal Indonesia terletak Selain untuk kegiatan keagamaan, masjid ini juga terdapat pusat studi arsitektur Islam, Center for Islamic Architecture. Di dua sholat hari raya masjid ini dipadati oleh sekitar tujuh ribu jeaah. Sementara di hari jum’at ruang sholat untuk wanita juga dipakai untuk menampung jamaah masjid. Karena memang wanita tidak diwajibkan untuk sholat jum’at.

Berbeda dengan beberapa donatur dari Timur Tengah yang bila membangun masjid di suatu negara juga mengelola sendiri masjid yang dibangun termasuk menempatkan beberapa orang di posisi penting kepengurusan masjid, masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo ini pengelolalannya diserahkan kepada komunitas muslim setempat.

Masjid ini sempat menjadi buah bibir di tanah air ketika sebuah stasiun televisi menayangkan berita tentang masjid ini. Kala itu di tampilkan sosok imam masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo ini yang masih sangat muda, Imam (Al-Hafiz) Aziz Alili, penampilan imam masjid ini pun tak seperti yang biasa kita jumpai, sosok imam masjid yang sudah sepuh, dan berjenggot. Tapi imam masjid ini selain masih sangat muda tapi juga bermuka kelimis. Tapi kemampuannya tak diragukan.

Foto foto Masjid Istiklal Sarajevo

Masjdi Istiklal Indonesia di Bosnia (foto dari flickr)
(foto dari Panoramio)
Dilatar belakang masjid berdiri gedung gedung bertingkat Sarajevo (Foto dari ketari)
Foto dari Flick
foto dari Sarajevo-x.com
Referensi

jagadaneh - Masjid HM Soeharto
www.dzamije.info - mosque istiklal